"Kamu kenapa sih dari tadi cemberut aja mbul, ngga kangen yah sama aku, 3 bulan niihh kita ngga ketemuu" Ara mencubit lengan Erli dan Erli menepisnya
"Aku sebbel"
"Sebel kenapa lagii??"
"Kamu sejak di Bandung jadi menyebalkan, jadi centil"
"Masih marah gara-gara twiteran aku sama mia?"
Yah begitulah wanita, mereka tidak akan memaafkan dalam waktu singkat. Motto Forgiven is not forgotten bahkan kurang tepat untuk wanita karena forgiven diberikan apabila kondisi sudah kepepet alias tidak ada cara lain selain memaafkan, dan itupun tidak akan dilupakan begitu saja. Sesering mungkin jika ada kesempatan wanita akan mengungkit kesalahan pria. Jadi jangan heran bila menemukan banyak buku yang membahas tentang wanita, karena wanita adalah makhluk yang rumit.
"Yang, kamu tahu ngga.."
"Peyangg" Erli memotong kata-kata Ara, yang dipotong justru tertawa
"Hahahahha duuh kamu tuh tambah luccuuuu" Ara mencubit pipinya
Tapi kamu memang beneran berubah Ra, i can feel it, Erli berkata dalam hati
Kesibukan keduanya membuat Erli melupakan sesaat kecurigaannya tentang kecentilan Ara, ia berhenti mengecek status Facebook Ara dan Timeline di Twitter. I believe u wud not dare betray me tulisnya di Twitter yang langsung saja di RT oleh temannya, Meri, teman baru di kampusnya yang lumayan agak kepo, tapi Erli tidak merespon keingintahuan itu, ia hanya ingin memberitahukan pada dunia bahwa LDR tidak harus selalu diisi dengan curiga dan cemburu buta
Tidak terasa sudah tahun kedua mereka berpisah, dan Lebaran kali ini lebih dirasakan indah daripada tahun sebelumnya karena Erli berencana ikut mudik ke Pinrang, kampung Mamah Ara di daerah Sulawesi Selatan
Awalnya Bunda tidak mengijinkan
"Kamu kan belum resmi sama Ara, ngapain sih sampe jauh-jauh ke sana, memangnya sudah bosen lebaranan sama bunda?" Bunda cemberut, merengut.. mengeluarkan salah satu jurus anti tolakan yang biasa beliau pakai untuk mendapatkan keinginannya
"Iiih bunda, males deh ngga usah geto kalee tampangnyaa. Aku pengen ke sulawesi buunn, jalan-jalan ke Trans Studio Makassar, Pantai Losari, Tanjung Bira, Air Terjun Bantimurung"
"Sebenarnya kamu ke Pinrang atau Makassar sih De, beda lokasi itu, berjauhan" Mas Nadir ikut nimbrung
"Masa?? meneketempe hehe.. tapi kata Ara dia mau nganterin aku ke tempat-tempat ituuu"
"Tempat-tempat apaan?" Ayah yang paling terakhir pulang dari Mushalla bertanya, bila bulan puasa seperti saat ini beliau paling pertama datang untuk tarawih dan pulang paling akhir. Tidak seperti Bunda, Erli, Mas Nadir dan Dinda yang menunggu turunnya makanan dalam perut baru kemudian berangkat ke Mushalla ketika mendengar suara adzan
"Mba Erli mau ikut mas Ara mudik tuh ayah, ihs sok akrab banget yah, kaya kenal aja sama keluarganya mas Ara" kali ini Dinda yang berbicara
"Yee memang kenal kooq, mamah nya Ara itukan cocok banget sama aku, mba Niar juga"
"Koq bisa-bisanya kamu mau ikut mudik mereka? memang ayah sama bunda sudah mengijinkan?" Erli megap-megap seperti ikan mas koki, walaupun mereka dekat satu sama lain tapi hormat dan mendengarkan perkataan orang tua adalah yang utama
Rasain. Dinda berkata tanpa suara, mas Nadir berjalan masuk ke kamar sambil tersenyum, seolah senyumannya berkata i pray for you. Cuma bunda yang tidak beranjak kemana-mana, menunggu kata-kata ayah berikutnya
"Kita ada rencana berlebaran di mana ya bunda?"
"Belum ada planning ay" ay, singkatan dari ayah
"Jalan-jalan yuk ke Gilitrawangan"
"Iiihh ayaaah kog begitu siihhhh" Erli mangkel
"Ikuuttt" Dinda yang sepertinya tadi sudah menghilang tiba-tiba muncul
"Mauuu, ayoooo" Mas Nadir membuka pintu kamar dan langsung berteriak
Mereka berdua langsung mendapat tatapan sinis dari Erli, tatapan itu seolah berkata dasar saudara yang tidak bisa diharapkan, bersenang-senang diatas penderitaan saudara kandungnya sendiri. Appa ituh!!. Well artiannya memang cukup panjang tapi percayalah kakak beradik itu tetap mengerti
Setelah melewati perbincangan yang alot selama beberapa hari, ditambah aksi diam Erli kepada sang ayah akhirnya ayah mengambil keputusan
"Iya deh boleh kamu ikut mudik sama Ara, tapi sebelumnya ayah mau kenal dulu sama keluarganya Ara, begini-gini kan ayah bisa menilai orang, membaca jalan pikirannya"
"Masa sih ay? Koq bunda ngga tahu?"
"Yee bunda kemana aaja, dari dulu lagi bun"
"Jangan-jangan bunda di pelet sama ayah" keluarga ini memang kadang bodor, Erli berkata dalam hati
"Ah kalau bunda sih ngga usah dipelet juga sudah mau sama ayah, dulukan bunda suka lirik-lirik ayah kalau ayah lewat depan rumah"
"Yee kapaan?" terjadilah sahut-sahutan antara suami istri itu tanpa memikirkan nasib putrinya yang sedang menunggu jawaban
"Ayah, keputusannya di BBM aja deh"
"Eeeh mau kemana?? gitu aja ngambek, bunda sih memotong pembicaraan orang aja" Erli pasang muka datar
"Ya sudah intinya nanti pas lebaran suruh Ara mengajak keluarganya silaturahim ke sini. Kalian rencana perginya kapan sih?"
"Dua hari sesudah lebaran" mulai tampak titik-titik cahaya di wajah Erli setelah mendapat persetujuan dari sang ayah
"Yaa ayah koq begitu sih, katanya kita mau ke Gilitrawangan?? Atau ke Bali gituh.. Hmm gimana kalo ke Hongkong aja? Ayah belum pernah ngajak bunda ke Hongkong..." dan kali ini Erli benar-benar memutuskan untuk masuk kamar, terserahlah si ay bun ngomong apa..
Baru saja tiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar Erli sudah ingin pulang ke Jakarta, pasalnya message di Blackberry Ara yang sangat mengganggu. Dian yang entah siapa mengirim pesan di Blackberry Messenger
"Yang, pegangin BB aku dulu dong, aku mau ambil bagasi, kamu ikut mamah saja sana"
Erli mengangguk, ia mengambil BB dari tangan Ara dan menyalakannya, lamat-lamat bermunculanlah berbagai notifikasi, tanda t untuk Twitter, f untuk Facebook, kotak untuk email dan sms, juga lambang BB untuk BBM. Iseng Erli membuka messages yang berisi semua rangkuman notifikasi tersebut, ia memainkan track pad dan berhenti di sebuah nama... Dian..
Siapa pula ini?? Penting gitu ngasih kabar ke dia?? Erli menjawabnya
tidak berapa lama Dian menjawab
Bete, jelas, siapa yang tidak akan bete kalau membaca tulisan seperti itu, tapi Erli tetap cool dan masih tetap ingin mencari tahu
"Erli sini, kenalin ini keponakan tante" Mamah Ara memanggil dan Erli tidak punya waktu untuk galau. Dunia ini panggung sandiwara, mari kita memainkan peran ceria dan tidak tahu apa-apa
Malam hari setelah ada space untuk mereka berdua, Ara bertanya
"I smell something fishy here, are you ok?"
"Yes, you are fishy, and tricky and crafty"
"Whatt??"
"Ngga usah wat wet wot deh, beneran yah selama ini kamu centil-centilan di Bandung, aku mau putus!!"
"Beb, apaan sih?"
"DIAN" Erli setengah berteriak
Tidak ada pilihan bagi Erli kecuali mendengarkan penjelasan Ara, andai ia berada di rumahnya di Jakarta pastilah sudah dari tadi ia menutup pintu rumahnya dan meninggalkan Ara di teras, terserah Ara mau pulang atau tidak. Tapi ia di antah berantah dengan orang-orang yang hanya bisa melihat sisi manisnya, jadi disinilah ia duduk di teras mendengarkan cerita Ara sambil menahan diri untuk tidak berteriak atau menginjak kaki Ara, hal yang ia lakukan kalau Ara membuatnya kesal
"Dian itu anak ibu kost aku, dia yang kasih tahu dimana aku bisa ngejilid yang murah, cari buku-buku murah tapi masih layak, atau minjemin printernya kalau malem-malem aku begadang untuk tugas besok tapi toner printerku habis"
"Terus" pengakuan affair adalah hal menyakitkan yang tetap harus didengar, karena menghindar dari pengakuan tersebut hanya akan menambah kecurigaan
"Kamu inget ngga waktu awal-awal kuliah aku sempat sakit? Dian yang merawat aku, dia nganterin makanan bahkan dia yang beliin aku obat, karena teman-teman lain sedang sibuk dengan tugas, dari dosen lah, dari senior lah"
"Kenapa kamu ngga pernah mention namanya?"
"Untuk apa?"
"Untuk appa?" gigi geraham Erli bergemeratak menahan kesal
"Beebb aku minta maaf"
"Frankly, do you have feeling with her?"
".........."
"Answer me you d..." hampir saja Erli mengeluarkan kata Damn
"No body can replace you"
"Yang gue tanya elo suka juga ngga sama dia?" sopan santun itu akan otomatis hilang ditelan kemarahan
"She is kind to me"
"Jadi..."
Long Distance Relationship adalah cobaan dalam percintaan, hanya orang-orang yang punya kesetiaan besarlah yang bisa tetap menjaga murninya cinta tersebut.
-4389/50000-
"Eeeh mau kemana?? gitu aja ngambek, bunda sih memotong pembicaraan orang aja" Erli pasang muka datar
"Ya sudah intinya nanti pas lebaran suruh Ara mengajak keluarganya silaturahim ke sini. Kalian rencana perginya kapan sih?"
"Dua hari sesudah lebaran" mulai tampak titik-titik cahaya di wajah Erli setelah mendapat persetujuan dari sang ayah
"Yaa ayah koq begitu sih, katanya kita mau ke Gilitrawangan?? Atau ke Bali gituh.. Hmm gimana kalo ke Hongkong aja? Ayah belum pernah ngajak bunda ke Hongkong..." dan kali ini Erli benar-benar memutuskan untuk masuk kamar, terserahlah si ay bun ngomong apa..
Baru saja tiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar Erli sudah ingin pulang ke Jakarta, pasalnya message di Blackberry Ara yang sangat mengganggu. Dian yang entah siapa mengirim pesan di Blackberry Messenger
"Yang, pegangin BB aku dulu dong, aku mau ambil bagasi, kamu ikut mamah saja sana"
Erli mengangguk, ia mengambil BB dari tangan Ara dan menyalakannya, lamat-lamat bermunculanlah berbagai notifikasi, tanda t untuk Twitter, f untuk Facebook, kotak untuk email dan sms, juga lambang BB untuk BBM. Iseng Erli membuka messages yang berisi semua rangkuman notifikasi tersebut, ia memainkan track pad dan berhenti di sebuah nama... Dian..
Ara
Sudah sampaikah di sana??
Kasih kabar dund
:)
Siapa pula ini?? Penting gitu ngasih kabar ke dia?? Erli menjawabnya
Udah, baru aja
tidak berapa lama Dian menjawab
Hmm asik dong, jangan lupa oleh2 yah :D
n jangan berduaan mulu ya sama si dia, coz it can make me jealous :(
Bete, jelas, siapa yang tidak akan bete kalau membaca tulisan seperti itu, tapi Erli tetap cool dan masih tetap ingin mencari tahu
jealous knp? she is my girlfren hehe
i know.. but u know that i like u also, we already discuss bout this rite.. u said that.. we cud be more than fren.. <3
"Erli sini, kenalin ini keponakan tante" Mamah Ara memanggil dan Erli tidak punya waktu untuk galau. Dunia ini panggung sandiwara, mari kita memainkan peran ceria dan tidak tahu apa-apa
Malam hari setelah ada space untuk mereka berdua, Ara bertanya
"I smell something fishy here, are you ok?"
"Yes, you are fishy, and tricky and crafty"
"Whatt??"
"Ngga usah wat wet wot deh, beneran yah selama ini kamu centil-centilan di Bandung, aku mau putus!!"
"Beb, apaan sih?"
"DIAN" Erli setengah berteriak
Tidak ada pilihan bagi Erli kecuali mendengarkan penjelasan Ara, andai ia berada di rumahnya di Jakarta pastilah sudah dari tadi ia menutup pintu rumahnya dan meninggalkan Ara di teras, terserah Ara mau pulang atau tidak. Tapi ia di antah berantah dengan orang-orang yang hanya bisa melihat sisi manisnya, jadi disinilah ia duduk di teras mendengarkan cerita Ara sambil menahan diri untuk tidak berteriak atau menginjak kaki Ara, hal yang ia lakukan kalau Ara membuatnya kesal
"Dian itu anak ibu kost aku, dia yang kasih tahu dimana aku bisa ngejilid yang murah, cari buku-buku murah tapi masih layak, atau minjemin printernya kalau malem-malem aku begadang untuk tugas besok tapi toner printerku habis"
"Terus" pengakuan affair adalah hal menyakitkan yang tetap harus didengar, karena menghindar dari pengakuan tersebut hanya akan menambah kecurigaan
"Kamu inget ngga waktu awal-awal kuliah aku sempat sakit? Dian yang merawat aku, dia nganterin makanan bahkan dia yang beliin aku obat, karena teman-teman lain sedang sibuk dengan tugas, dari dosen lah, dari senior lah"
"Kenapa kamu ngga pernah mention namanya?"
"Untuk apa?"
"Untuk appa?" gigi geraham Erli bergemeratak menahan kesal
"Beebb aku minta maaf"
"Frankly, do you have feeling with her?"
".........."
"Answer me you d..." hampir saja Erli mengeluarkan kata Damn
"No body can replace you"
"Yang gue tanya elo suka juga ngga sama dia?" sopan santun itu akan otomatis hilang ditelan kemarahan
"She is kind to me"
"Jadi..."
Long Distance Relationship adalah cobaan dalam percintaan, hanya orang-orang yang punya kesetiaan besarlah yang bisa tetap menjaga murninya cinta tersebut.
-4389/50000-
No comments:
Post a Comment