Friday, January 6, 2012

The Day (VIII)

8 bulan kemudian..

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Erliana Mahendra binti Hendra Wijaya dengan satu unit Laptop dibayar tunai"
"Iihhh koq laptop siihhh" Erli mencubit lengan Ara dengan keras
"Aw..aw..awww.. sakiittt"
"Habisnya menyebalkan"
"Lha kan yang kamu butuhkan saat ini laptop, dan lagi aku ngga punya uang untuk membelikan kamu emas permata sebagai maharnya"
"Hihihi ngga gitu-gitu amat kalleee"
"Ya sudah aku belikan dinar saja mau ya?"
"Dinar emas?? yang 4,25 gram itu?? Asiikkk"
"Hufff cewek matre.. awww"
Erli mencubit lagi


"Eh eh apa-apaan ini?? belum muhrim jangan macam-macam" Mba Niar keluar dengan membawa piring berisi risoles dan teh manis hangat
"Hehe abisnya Ara jahil sih Mba, godain aku melulu"
"Terus kenapa kamu mau? Sudah jahil jelek lagi" mamah ikut keluar
"Yah si mamah anaknya sendiri dibilang jelek"
"Mba Lita kemana mah?" Erli sudah mulai memanggil mama Ara dengan mamah, atas permintaan sang mamah sendiri
"Belum pulang kerja"
"Biasa deh wanita karier abiss" 
Panjang umurnya, yang dibicarakan datang, Ara bergegas menuju gerbang dan membukakan pintu untuknya.
Lita langsung menuju garasi, memarkirkan mobil dan masuk rumah lewat pintu samping. Tidak repot-repot untuk menyapa Erli. 
Masih ada keberatan dalam hati Lita untuk memberikan ijin mereka berdua menikah, salah satu alasannya adalah ia dan Niar yang harus dilangkahi dalam pernikahan ini. 
"Aku ngga apa-apa koq Lit, kalau itu sudah menjadi keinginan Ara kita harus dukung, daripada ia berbuat macam-macam. Kali aja dengan begitu ia jadi lebih dewasa" Niar yang hanya terpaut 2 tahun dengannya mencoba lebih nerimo
"Kata orang jawa pamali ngelangkahin kaka cewe, apalagi sekaligus dua, apa kata keluarga?"
"Tidak usah diperdulikan apa yang keluarga bilang, toh mereka tidak pernah membantu kita. Keluarga papap atau mamah sama saja. Ingat Lit kita strugling sendiri, menjelang papap pergi sampai sekarang apa mereka perduli?"
"Kamu mau diomongin kalau kamu perawan tua?"
"Kita belum tua Lita, we dont even thirty one"
"Tapi aku sudah thirty" suara Lita melemah
"So what? kamu kan wanita karier jaman sekarang. Sudahlah, tidak ada gunanya memikirkan omongan orang. Tidak bisa bikin kenyang" Niar tersenyum mendengar kata-katanya sendiri


"Mba Lita itu ngga suka ya sama aku?"
"Sama aku juga ngga suka hehe"
"Serius Ra"
"Dia cuma belum terima dengan keputusan kita"
"Kamu siihh"
"Ya habis"
"Habis apa?"
"Daripada kamu marah terus ninggalin aku, aku ngga bissaaaa" 
"Maca ciiyy" King and Queen of Drama


Pernikahan itu akhirnya terjadi juga, Pernikahan yang sangat simple, hanya melibatkan keluarga besar dan teman-teman yang teramat sangat dekat, juga beberapa tetangga dan kenalan yang juga dekat. Acara itu lebih seperti acara kumpul keluarga. Diadakan di daerah Puncak Bogor di Villa keluarga Erli dengan memboyong serta pak penghulu yang masih ada hubungan family dengan Ara. Pesta kebun sederhana tanpa menghilangkan kesan romantis dengan latar belakang embun dan dinginnya udara puncak.


"Its perfect" Erli bergumam, memandang sekitar. Terlihat suasana gembira disekitarnya, bahkan Mba Lita tertawa bersama yang lain
"You are perfect" Ara tidak berhenti memandang pengantinnya
"Kamu itu sebenarnya cantik, tapi males dandan sih jadi ngga kelihatan cantik"
"I am naturally beautiful" Erli merasa di awang-awang, tidak pernah ia terpikir untuk menikah seperti ini, bayangan pernikahan seorang wanita adalah pernikahan di gedung mewah, dengan altar megah dan makanan yang berlimpah, serta para tamu yang jumawa melihat sang pengantin.. tapi pernikahan ini sudah cukup manis. Ia melirik cincin kawin putih dengan setitik berlian kecil yang melingkar dijari manisnya. Mamah khusus membelikan cincin itu dengan menjual salah satu koleksi lukisan papap

"Emm pertama-tama Erli mau mengucapkan Assalamua'alaikum semua.." terdengar jawaban salam dari yang lain, jamuan makan siang ditengah padang rumput dengan meja makan panjang untuk keluarga inti dan beberapa meja bulat untuk yang lain
"Laluu, Erli ingin mengucapkan terrrimma kasiih kepada Om Setyo dan Tante Mira yang sudah baiikk banget meminjamkan villa ini untuk diacak-acak. Billingnya diserahkan ke ayah bunda aja ya om tante hehe" para tetua tertawa dan para sepupu berteriak huuuuu
"Juga kepada Tante Mega untuk makanannya yang uenak buangeet ini. Terima kasih tante untuk terus menjaga kebutuhan gizi kami" Tante mega tersenyum, disampingnya duduk Om Yanuar dengan wajah datar, sedatar wajah Johan, putra satu-satunya yang terus sibuk dengan Ipad ditangannya, seolah-olah terjahit secara permanen
"For my eyang uti, lovely neighbors and lovely friends. And the most that i love is my fam, my two fams, terima kasih semuanya karena sudah mengijinkan Erli dan Ara menikah"

-8799/50000-

No comments:

Post a Comment

Friends *ThankU ;)

About Me

My photo
i collecting words around me on my post
Penguin Jogging