Thursday, January 19, 2012

Jawaban Mimpi (XXX)

Dinda terus dibayangi mimpi, ia tidak tahu pertanda apakah ini, rasanya ia tidak ingin memejamkan mata agar tidak perlu bermimpi tentang pria itu. Ia meng-googling kata Mimpi. Ia mengklik link Wikipedia (www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=mimpi&source=web&cd=4&ved=0CFAQFjAD&url=http%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FMimpi&ei=xuwYT5HLPNCJrAen5IGTDQ&usg=AFQjCNEpWEwjFlO-13yq5E3IFwQWf_0e7g&sig2=rxj5zpoQD9H0xLX8UUZ36w&cad=rja)

Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).

Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan kadang-kadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.

Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi.

Kejadian dalam Mimpi mustahil terjadi di dunia nyata?? Ah syukurlah kalau memang benar begitu, karena aku tidak sanggup untuk berpisah dengan Dimas. Dinda berkata dalam hati. 

Lalu ia membuka link lain : Mimpi yang berkelanjutan (http://artimimpi.net/mimpi-yang-berkelanjutan.asp)

Fakta yang umum terjadi di masyarakat adalah setiap mimpi yang dialami hingga tiga hari berturut-turut pada mimpi yang sama ataupun berkelanjutan merupakan suatu pertanda atau pesan yang disampaikan untuknya dan harus ditafsirkan. Begitu pula secara psikologi karena mimpi ini merupakan penjelmaan alam bawah sadar atau keinginan-keinginan yang tidak terealisasikan. Pada setiap kasus yang terjadi, ketika seseorang mengalami mimpi yang berkelanjutan baik itu ia bermimpi indah ataupun bermimpi buruk, ia akan mengalami kebimbangan pada dirinya dan berpikir ulang atas mimpi-mimpi tersebut. Apakah arti semua ini?

Bimbang? Ya tentu saja aku bimbang. Pesan? Pesan apa. Keinginan? Keinginan siapa? Aku tidak merasa menginginkan Dimas menemui siapapun. Apakah... Yosi? Apakah ini pertanda bahwa Yosi ingin bertemu dengan Dimas?
Dinda segera membuka laci meja dan mengeluarkan koper kecil berisi surat-surat. Ia menarik satu amplop yang berisi Surat Pernyataan bahwa Yosi tidak akan menganggu ia dan anaknya. Dinda bergegas turun dan membuat salinan atas surat tersebut. Ia melipat salinan dan memasukkannya ke dalam tas. Ia kembali menekuri Laptopnya, mengklik Link lain yang mengulas Mimpi.

"Din.. sedang apa?" Bunda melongok ke kamar Dinda yang terbuka
"Mimpi? Memang kamu bermimpi apa?"
Dinda menceritakan semua mimpinya kepada Bunda
"Apa ya Bun maksudnya?"
"Semoga itu hanya bunga tidurmu sayang, semoga tidak ada maksud apa-apa dibalik itu"
"Dinda berharapnya sih seperti itu, tapi.. kenapa mimpi itu terus-terusan datang?"
"Banyak-banyak berdoa kepada Allah, meminta perlindungannya karena hanya kepada Dia kita bergantung, jangan pernah tinggalkan shalatmu ya sayang" Dinda mengangguk, cuma kepada Bunda ia masih bersikap seperti seorang putri kecil, sedangkan kepada Dimas ia harus bersikap laksana panglima yang selalu melindungi pangeran kecilnya.

Dinda mengambil wudhu dan selain doa tidur ia menambah membaca Surat Ar Rahman, dengan harapan tidurnya akan lebih tenang tidak seperti malam-malam sebelumnya.

"Din.. kamu masih suka mimpi aneh?" Erli bertanya
"Ngga Mba, Alhamdulillah udah ngga satu bulan ini" mereka sedang menemani Dimas dan Irna bermain di Kidzania
"Tapi masih kepikiran sih, kira-kira maksudnya apa ya.."
Belum selesai Dinda berbicara tiba-tiba ia melihat seorang pria yang tidak asing baginya
"Mba"
"Hem"
"Itu.." Dinda menunjuk ke salah satu booth. Erli mengikuti pandangan Dinda dan melihat orang yang dimaksud
"Seperti...."
"Yosi, Mba bagaimana ini?"
"Tenang Dinda, tenang, kita pura-pura tidak lihat dia" Erli memalingkan wajah. Dinda mengikuti, dadanya berdebar lebih kencang, berharap Yosi tidak melihatnya. Harapannya terkabul, Yosi menjauh, ternyata ia tidak sendirian, disampingnya berjalan seorang wanita cantik yang sedang menggendong bayi. Tanpa disadari ada kesedihan yang mendera dalam hati Dinda
"Dinda.. are you alright"
"Is that right if sudden i feel blue?"
Dinda dan Yosi memang sudah berpisah cukup lama, lima tahun tanpa hubungan sama sekali, apa yang Dinda harapkan? Toh keluarganya pun meminta Dinda untuk memutuskan komunikasi dalam bentuk apapun. Tapi.. bukan berarti hal itu membuat Dinda begitu saja menghapus perasaannya
"Walau bagaimanapun Yosi itu ayah dari anakku Mba, dan aku.. jujur aku masih.."
"Ya aku mengerti, kalian dipisahkan secara paksa, but life must go on right? Buktinya Yosi sudah berkeluarga. Dan aku pun tidak menyalahkan Yosi karena mungkin baginya bersama kalian adalah suatu keniscayaan" Erli menyentuh lengan Dinda, ikut merasakan kepedihan yang dirasakan Dinda, luka lama itu kembali menganga, luka yang belum kering dan kembali perih seperti ditaburi garam. 
"Iya" Dinda menjawab singkat

"Mamah kenapa? Koq wajahnya sedih begitu?" Dimas dan Irna telah selesai bermain, dan sekarang mereka merengek lapar
"Ngga apa-apa sayang. Kita mau makan dimana?"
"Aku mau makan pizzaaa" Irna menarik tangan Bundanya
"Aku maunya Burger"
"Yaa Dimaass, Pizza aja deehh" Dimas cemberut, tatapannya beradu dengan wajah murung Irna
"Iya deh, dasar cengeng" Dimas mengalah

Sambil menunggu pizza datang Dimas mengambil Ice cream dan memberi banyak topping diatasnya, sambil berjalan kembali ke meja ia menunduk dan menyendok ice cream
"Aduh" Ia menabrak seorang laki-laki yang berjalan berlawanan arah
"Uppss.. Maaf ya nak" ternyata pria itu juga tidak memperhatikan langkahnya karena terlalu sibuk dengan salad di tangan
"Maaf juga om" Dimas kembali berjalan ke mejanya, sang pria mengikuti Dimas dengan pandangan mata dan melihat Erli. Sepertinya kenal. Lalu ia melihat Dinda yang menoleh dan menyambut Dimas, berdiri untuk memberikan tempat duduk di sudut dalam. Mangkok saladnya hampir terlepas dari tangan.
Yosi kembali ke mejanya, ia bingung apakah harus menghampiri Dinda atau tidak, anak kecil itu.. Siapa anak kecil itu?
"Tunggu sebentar ya, ada temanku di meja sana. Aku mau menemuinya dulu" Ia berkata kepada wanita cantik yang duduk di depannya

"Dinda"
"Eh Yosi?" Erli yang menjawab karena Dinda tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk berbicara
"Mba Erli ya? Apa kabar Mba?" 
"Baik, kamu bagaimana kabarnya?" Erli berusaha sewajar mungkin namun Dinda masih membeku
"Gadis yang lucu"
"Oh iya ini namanya Irna, Irna salim sama Om" Irna menurut
"Aku Irna dan itu Dimas" 
"Hai Dimas" Yosi mengulurkan tangan dan Dimas menjabatnya
"Om kan yang tadi kita tabrakan, iya kan?" 
Yosi tersenyum, Dinda sudah tidak kuat berada dalam posisi seperti itu, ia berdiri dan setengah berlari ia keluar dari restoran.

Tanpa bertanya Yosi sudah tahu bahwa Dimas adalah putranya
"Please get out of here" Erli berkata
"Can i have a moment with him" Yosi melirik Dimas yang telah asik menyantap Ice Creamnya
"No, hmm not know, i don't know Yosi"
"He is mine"
"We have agreement about that right?"
"I think the situation is different know" mereka sengaja berbicara dalam bahasa inggris agar kedua krucil itu tidak tahu apa yang sedang dibicarakan
"Maybe you should talk to Dinda first, but now.. can you leave us? Please"

Dinda masih menangis dipangkuan Bunda, Dimas disuruhnya tidur cepat dan Dimas menurut
"Sekarang bagaimana Yah? Aku takut Dimas tahu yang sebenarnya"
"Dinda, suatu hari nanti memang Dimas harus tahu siapa ayahnya"
"Tapi aku tidak mau Yosi mengambilnya"
"Tidak akan, Ayah sudah memproteksi itu, Yosi tidak bisa merebut Dimas dari kamu, dengan seijinmu lah mereka bisa bertemu. Posisi kamu kuat dan sah di mata hukum. Ayah masih menyimpan Surat Pernyataannya koq"
"Lalu bagaimana kalau Yosi memaksa bertemu? Apa yang harus Dinda katakan kepada Dimas? Yang Dimas tahu ayahnya seorang pelaut yang tidak bisa kembali ke rumah, Dinda ngga mau Dimas marah ke Dinda Yah"
"Bicaralah dengan Yosi.. minta agar ia tidak menemui Dimas untuk saat-saat ini, kalau ia mau melihat Dimas cukup lihat dari jauh, ia.. tidak perlu bersentuhan langsung dengan Dimas. Nanti kalau Dimas sudah agak besar dan bisa menelaah suatu masalah barulah kalian boleh mengungkapkan yang sebenarnya" Ayah berbicara perlahan
"Tapi.. sampai saat ini Dimas masih sering menanyakan kepulangan ayahnya"
"Bilang sama Dimas kalau suatu saat Ayahnya akan pulang dan kamu berjanji untuk mempertemukan mereka, ya sayang?" 
"Iya Bunda"

Ya Allah, andai aku bisa membalikkan waktu, aku tidak akan melakukan perbuatan bodoh itu, perbuatan yang hanya membuatku tidak tenang, kebohongan demi kebohongan aku lontarkan kepada anakku. Ah kenapa hidupku tidak seperti Mba Erli? Kenapa??  Malam ini Dinda tidur disebelah Dimas, ia ingin merasakan kedekatannya sebelum tiba waktunya Dimas menjauh karena telah dibohongi sekian lama


-37582/50000-

No comments:

Post a Comment

Friends *ThankU ;)

About Me

My photo
i collecting words around me on my post
Penguin Jogging