Tuesday, January 10, 2012

Yeay... Wisuda!! (XV)

Akhirnyaa hari yang ditunggu-tunggu itu datang juga, Wisudanya Ara. Itu berarti satu lagi fase terlewati. Itu berarti Ara tidak perlu lagi tinggal di Bandung, dia akan di Jakarta, bersamaku. Itu berarti kami akan selalu bersama dan.... Hubunganku dengan Andi.... Ah istri macam apa aku ini? Harusnya aku gembira karena Ara telah lulus dengan IPK yang baik, ini malah... kenapa tiba-tiba aku merindukan Andi? Apakah dia masih marah terhadapku? marah akan sikap jual mahalku, penolakanku terhadapnya?

"Mbuull, cepat sedikit dandannya, aku yang diwisuda kamu yang banci tampil" Ara melongok ke dalam kamar dan mendapati istrinya masih mematung di depan kaca.
"Wee iya jeleekk, eh udah ngga jelek nih. Wuiih ganteng banget deh, suami siapa siihh?" Erli memandang Ara, rasanya sudah lama ia tidak mengagumi suaminya sendiri, hari-hari kemarin ia lebih mengagumi suami orang lain
"Siapa yaaa? kasih tahu ngga yaaahh" Ara berkelakar khas jaman sekarang
"Kamu juga cantik sayang, aku sudah lama ngga melihat kamu berpenampilan serapi ini" salah satu dampak buruk Long Distance, kurang memperhatikan satu sama lain

Kali ini formasi lengkap keluarga Ara dan Erli memang khusus datang ke Bandung untuk merayakan kelulusan Ara, bahkan mas Nadirpun tidak absen, walau dengan bersungut-sungut
"Bro, selamet yah. Akhirnya lulus juga lo. Sebenarnya gue kaga mau ikut. Tapi.. Noh bonyok (bokap nyokap - red) maksa"
"Dari tadi ngomel-ngomel melulu, sesekali jadi supir kita memang kenapa sih? durhaka loh sama orang tua" Dinda menyahut
"Ya elah kitanya juga ngga mendampingi Ara koq di Sabuga. Kalian kan kesini cuma mau belanja-belanja. Dan lagi hari ini gue ada acara cong"
"Ihss baweel. Paling acaranya cuma pacaran" setelah itu Dinda kabur, takut disambit oleh kakaknya itu

Suasana di gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) Bandung cukup khidmat, para orang tua berpakaian resmi, wisudawan memakai jas dan wisudawati berkebaya modern lengkap dengan sanggul cepol bagi yang tidak menggunakan jilbab

"Hmm seru juga yah kalau kamu cum laude" bisik Erli diantara mahasiswa yang namanya dipanggil maju ke depan
"Bisa saja sih asal kamu ngga gangguin aku tiap malem sambil bilang "kangeeeennn" awww" Ara hanya menjerit pelan mendapati tangan Erli yang dengan cepat telah mencubit pahanya

Mamah yang ikut mendampingi acara wisuda itu hanya tersenyum melihat ulah keduanya. Ia mengambil tissue dan melap matanya
"Mamah nangis?"
"Mamah teringat papap, kalau papap masih ada beliau pasti bangga sama kamu Ra, kamu anak laki-laki satu-satunya. Si bungsu yang dulu manja tapi sekarang... look at you my son, kamu bisa lulus dengan cepat, sudah bekerja dan menikah pula. Kalau hari ini mamah dipanggil untuk menyusul papap pastinya mamah akan pergi dengan tenang. Karena mamah tahu kalau anak-anak mamah semuanya bisa menjadi orang hebat"
"Mamah koq berbicara seperti itu.." Ara tidak jadi menyelesaikan kata-katanya, namanya telah dipanggil untuk maju ke podium 

"Yeay selamat ya adekkuu.. Uda Sarjana nih.. udah disebelah kanan nih kuncir akademiknya"  Mba Niar yang pertama menghampiri mereka sekeluarnya mereka dari Gedung Sabuga. Ayah, bunda, dan mas Nadir pun turut menyalami Ara. Hanya Dinda yang masih sibuk jeprat jepret kesana kemari. Tidak ada mba Lita karena ia masih berbulan madu dengan suaminya. Yup mba Lita telah menikah dengan seseorang yang finally dapat melumpuhkan hati dan egonya. 

Adikkuu selamat yaa
Skrg barulah aq bs bilang kl km sdh dwasa
Saatny km mncari kerja, menyenangkn mamah n of course ur wife
Qt ga bs dtng msh betah di HK, nanti aq bawain oleh2 yg bnyk hehe
we wishing u success
:-) :-*

BBM dari Mba Lita, an hour ago

Its ok mba, take ur happy time
N thanks, thnks for caring us, thks for everything that u've done for this fam
we luv u

Ara baru membalasnya di dalam perjalanan ke Restoran Daun Pisang yang terdapat di Jalan Doktor Setiabudi. Disana sudah menunggu pula Pak Le' Gusti beserta keluarga, mensyukuri kelulusan Ara

Blackberry Erli berbunyi, suara jazz Citra menyanyikan lagu Everybody knew begitu empuk di telinga.. Andi.. Mau apa dia menelpon? Setelah agak menjauh dari yang lain, ia mengangkat telpon itu

"Hallo"
"De' kamu dimana?"
"Di Bandung"
"Ngapain?"
"Ada apa? tumben telepon"
"Tiba-tiba teringat kamu"
"Aku lagi sama keluarga besar, Hubby hari ini wisuda"
"Oh begitu, selamat deh"
"Udah dulu yah"
"Kapan aku bisa telpon kamu"
"Hmm dunno, i promise you nothing. bye"
Erli mematikan telpon, pandangannya bertemu dengan pandangan Ara. Ia mendelete panggilan masuk dari Andi dan kembali ke dinning table

"Siapa?"
"Temen kampus"
"Ooo" begitulah Ara, ia selalu cukup puas dengan jawaban Erli, tidak pernah ia menelisik terlalu dalam. Jika sedang berpikir positif Erli akan menganggapnya sebagai suami yang sangat percaya dan menghargai privacy istri, tapi ketika sinisnya datang ditambah dengan termakan kata-kata Andi yang sering menyudutkan Ara ia akan menganggap bahwa suamiku orang yang cuek

Kedatangan mereka secara rombongan itu sekaligus upaya penjemputan Ara untuk membawanya kembali ke Jakarta
"Saya sangat berterima kasih dan meminta maaf jikalau selama Ara disini ia banyak merepotkan Mas dan Mbak" Mamah membuka pembicaraan
"Ah ngga koq Mbak Nadya, kami senang Ara disini, yah tahu sendiri, anak kami sudah besar-besar. Masing-masing sibuk sama urusannya. Untung ada Ara yang bisa dijadikan teman main catur"

"Ooh memang anak itu jago, saya saja sering dikalahkan" mereka para orang tua berbicara diruang tamu sembari menunggu Ara yang sedang merapikan barang-barangnya

"Baju-baju kamu ada yang masih di ruang cuci ngga beb?"
"Sepertinya ada"
"Okay aku ambil kebelakang"
Ada perasaan haru ketika mereka berpamitan pulang, Ara sudah merasa bahwa Pak Le' dan Buk Le' adalah orangtuanya sendiri. Pak Le' adalah sosok seorang ayah yang bijak, selama ia dirumah ini Pak Le' tidak pernah membedakan perlakuannya, ia dipandang sama seperti anak-anaknya yang lain. Ia menemukan figur papap dalam diri Pak Le'. Ia mencium tangan kedua orang tua itu dengan takzim. Buk Le' pun tidak kalah sedih, matanya berkaca-kaca, hampir dua tahun Ara tinggal dirumahnya tentu saja ada keterikatan batin layaknya putra sendiri

"Sering-sering main ke sini ya Ra, Li"
"Insya Allah Buk Le'"

Setelah menginap satu malam disana mereka kembali ke Jakarta, dua mobil yang dikendarai mas Nadir dan Ara berjalan beriringan 
"Mah malam ini Ara mau tidur di kamar Ara sendiri"
"Maksud kamu? Kamu ikut pulang kerumah mamah?"
"Yuup, memang kenapa mamah keberatan"
"Ya ngga lah Ra, malahan senang. Erli juga kan?" Mamah menengok kebelakang
"Yah si mamah ya pastinya dong, masa suami istri pisah tidurnya, secara udah dua tahun pisah ranjang gitu loh" mba Niar yang duduk disamping Erli menggodanya
"Ngomong-ngomong pisah ranjang, dulu Ara pernah diusir sama Erli loh mah, gara-garanya Ara tidurnya ngorok"
"Iihh apaan sih Araa, ngga koq maah" Erli belingsatan takut mamah marah karena anaknya telah diusir keluar kamar
"Masa? Kasihan banget kamu Ra"

Wajah Erli memerah karena malu, untung saat ini sudah malam. Arrghhh Ara jelleeek, kalau bisa sudah aku cubit kamu. Tunggu yah pembalasanku. 

-18356/50000-

No comments:

Post a Comment

Friends *ThankU ;)

About Me

My photo
i collecting words around me on my post
Penguin Jogging