Wednesday, January 11, 2012

Dinda Khanalaia (XVII)

Dinda menangis, ia menyesali apa yang ia dan Yosi sudah lakukan
"Udah udah jangan nangis, iya gua minta maaf. Udah dong"
"Kenapa kita melakukan itu Yosi, kenapa elu tega"
"Gua ngga tahu Din"

Suara air hujan diluar jendela persis menggambarkan Dinda saat ini yang sedang hujan air mata, dan petirnya seperti hati Dinda yang berteriak mengutuk kebodohannya sendiri. Sore yang sejatinya indah menjadi awal bencana bagi dirinya

"Hoy Din, besok jangan lupa datang ya, private party sih jadi ngga banyak yang gua undang, because you are my special friend so i invite you and you have to come. So as you Yosi" 
Ray, menghampiri Dinda dan Yosi dikantin Kampus, Gadis berdarah blasteran Manado Perancis itu mengadakan pesta ulang tahun ke dua puluh satu besok siang dirumahnya dibilangan Menteng

"Loh mau kemana elo Din? Jam begini udah rapi, malam minggu masih jauh kale" mas Nadir yang sedang berada diruang tengah memperhatikannya, indra penciumannya menangkap bau yang dikenalnya. Parfum Dinda

"Temen aku bikin pesta ulang tahun siang-siang" Dinda melirik ke jam tangannya. Setengah dua belas, dimana Yosi
"Aneh banget, pesta koq siang-siang" kali ini mas Nadir tidak repot-repot menoleh, pandangannya tertuju kepada angry bird, next level

Dinda tidak merespon kata-kata itu, ia keburu berjalan ke ruang tamu
"Mas, aku pergi yah"
"Udah pamit belom sama Bunda"
"Sudah"
"Kapan? mereka aja ngga ada" mas Nadir meninggikan suaranya karena Dinda tidak berhenti berjalan
"BBM" Dinda pun berteriak

Memang tidak banyak yang diundang Ray, hanya ia, Yosi dan delapan teman lainnya
"I told you, it's private party"
Dinda kurang mengerti apa yang dimaksud dengan private party, yeah mungkin orang bule melakukannya tapi... apa asyiknya merayakan ulang tahun hanya dengan segelintir orang. Toh rumah ini sangat besar, ia bisa mengundang semua teman di kelasnya. Semakin ramai akan semakin seru, kalau cuma sedikit seperti ini... mau ngapain??

Setelah makan siang dan menyanyikan lagu happy birthday lengkap dengan tiup lilin dan sebagainya, Ray mengajak mereka duduk di karpet yang telah disediakan, menyediakan bercup-cup ice cream dan popcorn. Ia juga mengeluarkan satu botol kosong dan melambaikannya sambil berkata "Mari kita main Truth or Dare" 

"Haaah? No no" Seorang kawan menjawab cepat
"Come on Dewi, its my party, its up to me" Ray berkedip nakal, sepertinya ia siap ngerjain teman-temannya
"Sit down please" katanya lagi
"Kalian tahukan permainan Truth or Dare"
Mau tidak mau teman-temannya menuruti, duduk membentuk lingkaran
"kalian harus bermain sportif yah" Ray memutar botol, putaran itu berhenti dan mengarah ke Dewi yang mimik wajahnya berubah dalam sekejab
Pilihan Dewi jatuh kepada Truth, maka habislah ia dihujani pertanyaan dari teman-teman lainnya. Wajah malunya ditutupi bantal, yang lain tertawa senang

Putaran ke empat mengarah ke Dinda, demi melihat Dewi dan teman-teman lainnya malu setengah mati karena pilihan Truth maka ia memutuskan untuk memilih... "Dare"
"Hmm  tantangan apa yaa bagusnya, aha i know" Ray masih sangat mendominasi permainan ini karena yang lain belum pernah memainkannya

Ray bangun dari duduk silanya dan kembali sepuluh menit kemudian dengan membawa botol berisi cairan berwarna gelap

"Karena diluar hujan dan udaranya dingin, bagaimana kalau tantangannya elu minum bir"
"Haahh jangan gela dong Ray, mana boleh minum bir" 
"Hey, bir ini terbuat dari Gandum, and it can warm your body" Ray mengulurkan tangannya
Dinda melihat sekeliling dan menyadari bahwa hanya ia dan Dewi yang seagama, yang lain teman-temannya adalah nasrani, dan ia tidak tahu apakah dalam agama kristen diperbolehkan atau tidak meminum bir, tapi yang jelas hanya ia dan Dewi yang protes
"Ngga boleh Ray, haram" 
"Dewii, kitakan harus sportif, tadi aja elu menerima konsekuensi dari Truth nya elu kan, nah sekarang Dinda juga harus terima Dare nya dia. Fair hah"
"Iya Din, udaah minum aja. Dikit doang" kali ini James yang berbicara
"Its zero percent" Andien ikut-ikutan ngomporin
"Ada lagi ngga Ray? Mau dong" lanjut James

Dan itulah yang mengawali acara mereka selanjutnya, mabuk. Bahkan Dinda lupa sudah berapa tegukan yang masuk kedalam kerongkongannya, karena teman-temannya terus saja mencekoki, mereka membawa pesta itu ke halaman belakang, menari dan tertawa dibawah hujan 

Dinda menggigil, lalu masuk kedalam, sudah jam empat Bunda pasti mencari
"Brrr.. Raay minjem baju doong, gua ngga bawa gantii"
"Haahh?? bajuu?? dikamar gua, ambil aja" Ray berteriak dari tengah halaman

"Sayang muka kamu pucat, dingin banget ya?" Yosi menghampirinya
"Iyyyaaa" 
Yosi memeluknya
"Aaakuu mmaau ganti bbaajjuuu"
Yosi masih memeluknya. Menemaninya ke kamar Ray

"Gua takut pulang Ray" Dinda menutupi tubuhnya dengan selimut, ia sudah tidak lagi menggigil kedinginan, kini yang dirasakan hanya takut

"Maafin gua, plis ini juga pertama kalinya buat gua. Gua janji gua ngga akan ninggalin elu, gua sayang sama elu Dinda. Sumpah" Ray meraih tangan Dinda, ingin memeluknya kembali tapi Dinda menolak

"Keluar Ray. Sekarang!!"

Blackberry Dinda berbunyi

"Sayang, kamu dimana? Dari tadi Bunda BBM ngga dibaca, ngga dibales, lagi ngapain siih?" suara Bunda terdengar khawatir
Dinda menjaga nada bicaranya, menahan tangis "Masih dirumah Ray Bun, ini sebentar lagi mau pulang"
"Sudah jam setengah enam. Kamukan pergi dari siang sayang. Cepat pulang. Ayah menanyakan kamu"
"Iya Bun"

Ayah... apa yang akan ia lakukan kalau tahu aku... 

"Sayang sudah dong, jangan nangis terus, sudah dekat rumah kamu nih. Kamu mau orang tuamu melihat kamu seperti ini?"

Yosi menghentikan mobil agak jauh dari rumah

"Aku harus bagaimana?"
"Bersikap seperti biasa, kamu tidak mau mereka tahu kan?" 
Dinda menggeleng cepat
"Kalau aku hamil bagaimana?"
"Huss jangan bilang begitu"

Dinda melap wajahnya, membubuhkan sedikit bedak untuk menutupi kesembabannya

"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, ini anak kalau lagi diluar ngga inget waktu, berangkat jam dua belas baru pulang jam delapan" Dinda berusaha tidak bertemu pandang dengan mata Ayah
"Iya maaf, Dinda masuk kamar dulu ya ayah" ia cepat-cepat berlalu dari teras, berharap tidak bertemu Bunda

Hari ini Dinda mengalami hal-hal yang baru dalam hidupnya. Pertama kali memainkan Truth or Dare, permainan yang sama sekali tidak membawa manfaat, aku ngga akan memainkannya lagi, Pertama kali hujan-hujanan, kegiatan yang selalu dilarang oleh Bunda. Pertama kali minum bir, yakh maafkan aku Tuhan, aku ngga akan lagi meminum barang haram itu, maafkan aku. Pertama kali.. ia kembali menangis mengingat kejadian itu, berharap ini semua hanya mimpi buruk.

-20240/50000-

No comments:

Post a Comment

Friends *ThankU ;)

About Me

My photo
i collecting words around me on my post
Penguin Jogging