Tuesday, January 10, 2012

Masalah itu tidak datang sendiri... ia membawa teman (XVI)

Sudah hampir empat bulan dari wisudaan Ara dan hampir sepuluh lamaran ia layangkan tapi sampai detik ini statusnya masih sama : pengangguran. Itu membuatnya stress dan sering uring-uringan

“Ya udah sih beb, santai aja. Memang belum rejekimu kale”
“Rejeki itu dicari, dijemput, bukan ditunggu dalam rumah seperti ini”
“Kan kamu udah berusaha, kirim lamaran, dating ke kantor-kantor, tapi belum ada panggilan juga. Mau gimana lagi? Ya pasrah”
“Ah kamu tuh, kamu tahukan kalau aku ngga terbisaa ngga ada kegiatan, dulu waktu di Bandung, udah malam aja masih kerja”
“Udah deh jangan bahas Bandung melulu, bosen”
“Ya memang iya, memangnya kamu terbisaa minta sama orang tua. Makanya santai, kuliah juga ngga kelar-kelar” Ara jadi lebih gampang nyolot
“Yee, memang belum waktunya kale”
“Buktinya aku bisa”
“Udah ah males” Erli meninggalkan Ara, ia tidak mau bertengkar, apalagi mereka dirumah mamah

Semenjak menganggur Ara lebih suka tinggal dirumah mamah, alasannya karena ia malu oleh keluarga Erli. Ia tidak ingin menjadi beban mereka. Bahkan Ara menolak tawaran ayah untuk bekerja di kantornya. Idealis kah?

“Beb ayah niatnya baik koq, terima saja dulu. Sembari mencari yang lain”
“Nanti apa kata pegawainya, aku dikira KKN”
“Ya elah, ya ngga segitunya kali beb. Yang penting kamu bisa bekerja dengan baik, menurutku ngga masalah”
“Insya Allah aku bisa mencari sendiri”
Belakangan ini Erli merasa seperti tidak mengenal Ara. Ara berubah, ia menjadi lebih kasar dan egois. Sudah jarang ia tersenyum, dahinya lebih banyak berkerut. Ia lebih serius.

Suatu sore di hari minggu Erli mengutarakan kerinduannya terhadap Bunda dan yang lain, sudah tiga minggu mereka tidak bertandang karena Ara selalu menolak, ada saja alasannya

“Beebb, maen yuukk ke rumah aku”
“Ini rumahmu”
“Rumahnya Bunda, aku kangeen”
“Motorku olinya habis, besok baru mau diisi”
“Naek taxi aja deeh”
“Menghabiskan duit aja”
“Aku yang bayar”
“Besok-besok aja deh” Ara meninggalkan Erli, naik tangga menuju kamarnya
“Kamu kenapa sih?” setengah berteriak Erli bertanya, dirumah sedang tidak ada orang sehingga ia merasa lebih leluasa
“Heyy… ngga dijawab lagi” Erli mengejarnya dan memegang lengan Ara, Ara menepis
“Bebeb.. what happen with you sih”
“Kamu itu bawel tahu ngga, aku bilang besok ya besok” Ara mendorong Erli, walaupun dorongan itu pelan tapi tetap saja membuat Erli tersurut langkahnya, beruntung ia berpegangan pada penyangga tangga sehingga tidak menyebabkan ia terjatuh, Ara terus melangkah, masuk kamar dan menutupnya dengan kencang

“Halo” Erli mengangkat telpon dibunyi pertama
“De’”
“Iya”
“Kamu kenapa? Koq suaranya seperti itu? Nangis ya?” Erli sesenggukan. Ia menceritakan kejadian tadi kepada Andi. Ia pun tidak tahu kenapa Andi langsung menelponnya. Feelingkah? Atau hubungan batin?. Demi mendengar kejadian itu Andi lalu kembali menjelekkan Ara, mengatakan bahwa Ara adalah suami yang tidak baik dan Erli tidak pantas untuknya

“Terus aku pantasnya untuk siapa?” Airmata itu sudah tidak ada, digantikan oleh perasaan nyaman dan tenang
“Hmm untuk aku”
“Kamu amnesia ya? Atau alzemeir?”
“Maksudnya?”
“Kamu sudah punya istri maass, masa harus selalu aku ingatkan”
“Kalau aku meninggalkan dia, apakah kamu mau meninggalkan Ara?”

Pertanyaan itu tidak terjawab karena Erli harus segera mematikan telpon, suara langkah kaki Ara menuruni tangga. Erli mengira Ara akan menghampirinya dan meminta maaf, tapi ia salah

“Bebeb, mau kemana?” dilihatnya Ara berpakaian rapi dan membawa serta ranselnya
“Keluar” jawab Ara singkat
“Katanya motornya rusak?”
“Sekalian dibenerin”
“Ikut”
“Ngga usah”
“Aku mau ngapain sendirian dirumah”
“Ya terserah, nyuci kek, ngepel kek”
“Aku ikuut”
“Ngga usah, bentar lagi juga Mbok Ratmi pulang” Ara bahkan tidak mencium kening Erli

Tangis Erli kembali terurai, ia benar-benar tidak habis piker kenapa Ara bersikap seperti itu. Apakah menganggur menyebabkan orang berkelakuan buruk? Pantas saja banyak preman atau pelaku tindak kriminal, mungkin itu karena mereka pengangguran. Tidak punya kegiatan positif, menjadi stress dan bertindak negative

BBM nya berbunyi

Mbaaa, aku butuh ketemu

Dinda is writing a message

Aq boleh kesana? 
Ada orang ngga?

Mamah kerja, Mba Lita udah ngga tinggal disini semenjak menikah, Mba Niar lagi mengurusi catering dsb.nya, ngga tahu balik ke rumah jam brp. Ara ngga ada juga

Ya udah aq k situ


Tumben, ada apa?

Dinda hanya menjawab dengan banyak emoticon menangis

Satu jam kemudian
“Beneran ngga ada siapa-siapa?”
“Mbok Jum baru pulang dari pasar, matamu sembab. Ada apa Din?”
Tangis Dinda kembali pecah, ia tidak kuasa untuk berkata-kata. Perasaan takut, malu, cemas semuanya bercampur aduk
“Kenapa? Kamu bikin aku cemas”

Dinda menarik tangannya, keatas, masuk kamar dan menutup pintu. Erli hanya mengikuti dalam diam. Mereka duduk berhadapan diranjang dan Dinda mengeluarkan kantong plastik hijau keluaran Century, tangannya bergetar. Membuat Erli semakin khawatir. Diterimanya plastik itu, didalamnya terdapat kardus test pack 

“Apaan ini Din” Dinda tidak menjawab, tangisnya semakin deras, ia menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan

Erli membuka kardus itu, mengambil test pack dan melihat ada dua garis merah
“DINDA, ini apa?!!” suaranya bergetar marah
“Jawab!!” ia menarik tangan Dinda dari wajahnya, wajah yang memerah karena tidak berhenti menangis, matanya yang bengkak perlahan terbuka. Mata ketakutan
“Mbaak, aku harus bagaimana??”
“Gila kamu. Sama siapa kamu hah? Yosi?”
Dinda mengangguk, ia merebahkan diri dipangkuan Erli
“Aku harus bagaimana mbak?” Dinda mengulang pertanyaan yang sama
Selama beberapa saat Erli terdiam, berusaha mencerna
“Siapa yang sudah tahu mengenai hal ini?”
“Yosi”
“Terus kamu maunya bagaimana?”
“Aku takut Ayah Bunda marah. Aku mau gugurin aja mba”
“Kamu gila ya, kalian sudah bikin dosa, masih mau ditambah dengan dosa menggugurkan anak?”
“Aku takut mba” tubuh Dinda terguncang, ia menangis sampai tak ada lagi air mata yang keluar dari pelupuk matanya
 
-19244/50000-

6 comments:

  1. Wah... nama tokoh kita sama mbak. Ara, aku pakai itu jg tapi di cerita aku perempuan. He..he..

    ReplyDelete
  2. waduh...
    lanjutannya kapan mbak? hehehee..penasaraann...

    ReplyDelete
  3. whuaa akhirnya ada yang penasaran sama lanjutan ceritaku *terharu*, thx yo mb ilalang :*

    ReplyDelete
  4. weits...wah ara ngga yoi banget dahhh..ups jd ikutan msmosi..ditunggu lanjutannya.mampir2 yaa

    ReplyDelete
  5. hahaha susah nih temenan sama ibu2 gaol, bahasanya itu loh.. ga kuku :P

    ReplyDelete

Friends *ThankU ;)

About Me

My photo
i collecting words around me on my post
Penguin Jogging