Friday, January 13, 2012

Andi the Stalker (XXI)

Ara dan Erli sudah baikan lagi, Mereka kembali ke rumah Orang tua Erli, menemani yang lain mengurus Dinda dalam masa recovernya. Walaupun masih agak canggung tapi Dinda sudah bisa tersenyum dan dengan berbesar hati ia menerima kehamilannya. Tentu saja hal itu mengagetkannya, ia berpikir sakit perut yang ia alami kemarin akan berhasil meluruhkan sang janin, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, segumpal darah dalam perutnya itu menolak keluar, ia tetap bertahan dalam rahim sang ibu.

Suasana yang kembali hangat itu membuat Erli memberanikan diri untuk bertanya
"Beb, sebenarnya kamu kenapa sih kemarin? Sampai berani kasar sama aku"
"Maaf.." Ara cemberut "Aku cuma... stres aja sayang, to be honest aku malu, sama kamu, keluargamu, keluargaku. Aku sudah dengan percaya dirinya mengajak kamu menikah, struggle dalam kuliah. Tapi... pas udah lulus.. that's it menjadi pengangguran. It's pathetic for me, aku merasa ngga becus"
"Iya tapi kan harusnya kamu ngga sampai kasar, mendorong aku di tangga. Inget ngga? Kalau aku jatuh bagaimana?" Hei pria cobalah untuk tidak membuat kesalahan kepada wanita, karena wanita akan menyimpan kesalahanmu dan akan menggunakannya sebagai bumerang

"Masa sih?? Aku ngga aware tuh" 
"Ngga usah ngeles, kaya bajaj ajah"

ketika ku lihat kau bersama dia tak ada penyesalan dalam hidupku dan apa yang ku rasakan saat ini ... suara jazz Citra mengalun dari Blackberry Erli, hanya nomer tidak ada nama. Jantungnya berdetak lebih kencang
"Siapa?" Ara melongok
"Ngga ada namanya, dunno" tidak berbohong sekaligus berbohong. Erli terpaksa mematikan panggilan telepon itu, ia tidak mau membuat Ara curiga. Ia merubah mode profil menjadi Silent mode. Dengan lirikannya ia melihat ada lagi panggilan masuk.. Duuh ngapain sih itu orang malem-malem begini telpon

"Wuih sudah rapi jali nih, mau ke mana Beb?"
Erli memasukkan beberapa buku tebal kedalam tasnya, hari ini jadwal kuliahnya agak padat
"Mau melamar kerja lagi, nanti, setelah mengantarkan kamu ke kampus" 
"Melamar di mana? Koq aku ngga tahu" Erli memoleskan bedak ke wajahnya
"Tadi malam Mba Lita BBM katanya ada perusahaan baru buka yang mencari beberapa karyawan, kualifikasinya cocok sama aku. Doain ya Beb" Ia tampak bersemangat, berbeda sekali dari hari-hari yang lalu
"Aamiin Ya Allah"

Sudah jam dua belas siang tapi sinar matahari masih bersahabat. November Rain, selalu menjadi lagu yang pas untuk bulan November di musim hujan. Erli dan beberapa teman melangkahkan kaki menuju kantin kampus

ketika ku lihat kau bersama dia tak ada penyesalan dalam hidupku dan apa yang ku rasakan saat ini seperti dahulu ku tak mengenalmu .. 

"Li, BB elo bunyi tuh" sebenarnya Erli sudah tahu, ia hanya tidak ingin mengangkatnya, tapi terpaksa ia angkat setelah mendengar Muthia, temannya yang lain berkata
"Debt Collector nih kayanya"
"Sembarangan. Kenek metromini lagi, tadi gue belum bayar... Hallo"
"Haloo, ckckck cewek koq jawab telpon kaya mau ngajakin berantem"
"Hehe iya ada apa?" ia berhenti melangkah, membiarkan teman-temannya terus berjalan
"Kamu di kampus ya?"
"Koq tahu?"
"Karena kamu telah mengkampuskan hatiku... hehehe"
"Apaan sih, jayus tahu ngga"
"Kamu tahu ngga aku dimana?" Si penelpon bahkan tidak perduli dengan kejutekan Erli
"Meneketempe Maas, sayyah kan bukan dukun"
"Aku di kampus kamu, di parkiran"
"HAaAhhh"

Erli terpaksa menemuinya karena ia mengancam akan mencari Erli di area kampus. Sampai ketemu!! begitu katanya. Dengan perasaan takut Erli masuk ke dalam Yaris biru yang terparkir agak di pojok.

"Kamu apa-apaan sih Mas, stalking aku ya!"
"Hah stoking? Emang aku cowok apaan pake stoking"
"Bomad"
"Apa itu Bomad?"
"Bodo Amad"
"Ckckckck begini yah ajarannya Ara"
"Ngga usah bawa-bawa Ara deh!"
"De' kamu itu kenapa sih judes banget, kamu ngga tahu yah aku itu kangeeen banget sama kamu. Aku telpon ngga diangkat, ym ngga dibales. Kamu kemana?"
"Ada, lagi pacaran sama Ara"
"Memang sudah ngga mau pacaran sama aku lagi?"

Erli menatapnya, mata itu.. mata itu tidak berkata dusta, mata itu mata yang serius dengan perkataannya. Tiba-tiba perasaan rindu itu merayap dalam sanubarinya, memang sudah lama ia memutuskan kontak dengan Andi, hubungan terlarang ini harus dihentikan sebelum terlambat. Yang jelas Erli tidak ingin menanggung resiko kehilangan Ara.

"Aku sudah tidak mau berhubungan dengan kamu lagi, kamu sudah mempunyai seorang istri dan aku juga sudah bersuami. Lebih baik kita hentikan saja permainan ini"
"Heyy siapa yang bilang kalau ini permainan? Ini sungguhan"
"Mau kamu apa?"
"Aku sudah pernah bilang mau aku apa, yaitu aku mau kamu"
"Kamu sudah punya istri"
"Kamu mau aku menceraikannya?" Erli teringat kata-kata Meli "cowok itu dengan gampangnya mau meninggalkan istrinya demi elo.. bisa aja suatu saat nanti dia ninggalin elo demi cewek lain, yang baru dia kenal"
"Aku mau kamu kembali ke dia" Erli membuka pintu mobil tapi Andi memegang tangannya
"Tidak semudah itu, kamu sudah memasuki hatiku. Aku ngga gampang cinta sama orang. Dan sekarang aku cinta sama kamu!" Duh Ara i am sorry Beb, truely
"Try!!"

Erli berjalan cepat, ia takut Andi menyusulnya, tapi Andi tidak melakukan itu. Salah satu bukti bahwa Andi pun tidak berani membuktikan perasaannya di ruang publik. Dosen... Huh Dosen apa itu, you'd better teach yourself!

Bunyi sms "Jadi begini yah kamu, setelah Ara sudah kembali ke Jakarta, hubungan kalian sudah mesra lagi, dengan entengnya kamu meninggalkan aku. Aku masih ingat semua kata-kata manismu. Kamu mengatakan kamu membutuhkan aku karena hanya aku yang ada disaat sepimu. Kamu mengatakan aku lebih perhatian dari Ara.. Kamu mengatakan... Arrghh how can i forget all of it? You said Try? I don't wanna TRY!!"
Delete

"Eihs kemana aja sih lo, dapet telpon langsung menghilang, cowok yaaa?? Gue bilangin Ara looohh" Rina, Meli dan Muthia, hanya mereka yang mengetahui status pernikahan Erli. Mendengar Rina berkata seperti itu Meli hanya meliriknya, Firasat Meli mengatakan kalau yang menelpon adalah Andi.

Erli mengecek Blackberry-nya sekali lagi untuk memastikan tidak ada sms, email atau lain sebagainya dari Andi. 
"Neng, Ojek neng" 
"Eh abang, iya bang, ke komplek ya bang"
"Buat eneng apa sih yang ngga"
"Berapa bang?" Erli mengambil helm yang disodorkan Ara
"Bayarnya ngga usah pakai uang deh neng"
"Terus?"
"Layanan ranjang full service aja... awww" cubitan yang entah ke berapa ratus itu mendarat di pinggang Ara, tidak sakit sebenarnya tapi Ara tipe orang yang sensitif, tingkat 'kegeliannya' sangat besar, apalagi di bagian pinggang.

"Beb, Andi itu siapa?" darah di wajah Erli berhenti mengalir, kalau saja ia salah satu tokoh dalam film animasi mungkin wajahnya sudah berwarna biru keunguan
"Andi?" Erli yang selalu ingin terlihat pintar tiba-tiba menjadi lemot
"Andi siapa?"
"Yee orang ditanya nanya lagi"
"Ya kamu dapat nama Andi dari mana?"
"Dari sini"
Ara memutar laptop hingga menghadap kepada Erli, ternyata ia sedang membuka yahoo mail Erli dan menemukan satu email baru di folder inbox, email itu tidak berisi kata-kata, hanya attachment yang kemudian di download oleh Ara. Dan muncullah sebuah Avatar bertuliskan "ANDI". Cuma itu.. cuma itu... quick thinking.. otak kirinya berkata kepada si otak kanan
"Andi itu dulunya teman Friendster, terus temenan juga sih di FB"
"Terus maksud dia apa kirim Avatar seperti ini?"
"Ih Ara mana aku taaahuu"
thinking..thinking..thinking..
"Bukan selingkuhan kamu kan?"
"Kalau selingkuhan Avatarnya ngga akan seperti itu, tapi bakalan berbunyi "I Miss U, I Love U, I Need U"  bagoosss otak kanan dan otak kiri bersorak sorai, hanya hati yang tertunduk sedih.

Jam dua malam Erli terbangun, perasaan bersalah menggelayutinya. Mungkin saat ini ia masih bisa berkelit, itupun karena kebaikan Sang Khalik yang masih menutupi hal ini, tapi bagaimana bila suatu saat nanti Ara tahu hubungan yang sebenarnya antara aku dengan Andi?? Ia teringat betapa marahnya ia ketika mengetahui kedekatan Ara dengan Dian di masa kuliahnya di Bandung, juga interviewnya mengenai Lusi yang dirasakan memiliki perasaan khusus kepada Ara. Lalu.. Bagaimana dengan ia sekarang? Hubungannya dengan Andi lebih dekat daripada Ara dengan wanita-wanita itu. Dulu Andi memang sempat mengisi hatinya, ketika Ara tidak ada baik fisik maupun jiwanya. Ketika Ara terlalu sibuk berkutat dengan Diktat-diktatnya, tapi... Meli benar, yang Ara lakukan toh untuk masa depan mereka bersama, sedangkan yang ia lakukan dengan Andi?? Useless, semu, bersifat sementara. Tiba-tiba ia merasa benci dengan dirinya sendiri, dengan keegoisannya, dengan sikap manjanya yang banyak menuntut. Ia menoleh, dipandangnya wajah Ara yang terlelap, wajah penuh kedamaian dan kasih sayang. Wajah yang akan merawat dan menjaganya sampai tua nanti.

-25445/50000-

No comments:

Post a Comment

Friends *ThankU ;)

About Me

My photo
i collecting words around me on my post
Penguin Jogging