Monday, January 23, 2012

Delusion ? (XXXVI)

“Erli.. Ya Allah... Li.. Lii… Allaah” mobil meluncur, terpelanting, terjungkir balik “Aaaa” Brruukk, menabrak dinding “Aaahhh… La.. ila..ha ila..llah” mata Bunda terpejam setelah erangan panjang, darahnya menetes dari dahi yang terbentur dashboard, mengalir keluar, tercampur dengan aliran air hujan…

Erli terbangun, mengelap keringat di dahi, tubuhnya gemetar
“Sayang, kamu kenapa? Mimpi?” Suara teriakannya membangunkan Ara. Ia menerima gelas yang disodorkan, meminumnya sampai habis, masih dalam diam. Ara memeluknya dan dapat merasakan debaran jantung yang kencang, seperti seseorang yang baru saja berlari sprint
“Tell me, what’s up” Erli masih diam, matanya tertutup karena kenyamanan pelukan Ara, tapi kemudian ia membuka matanya lagi. Ia tidak ingin tertidur.

“Papah, Bunda kenapa?”
“Bunda sakit sayang”
“Jadi Bunda ngga kerja ya?”
Ara menggeleng, setelah kecelakaan itu Erli menjadi sosok yang lemah, ia sering tidak masuk bekerja karena tidak enak badan.

“Bunda.. Bunda sakit ya? Sakit apa?” Irna menghampiri, naek ke ranjang dan menyentuh dahi Erli, hal yang sama yang Erli lakukan kala Irna sakit
“Dede nya nakal lagi ya?” Irna mengira Erli sedang mengalami morning sickness
“Coba aku mau dengar suara dede” Irna meletakkan kepalanya di perut Erli tapi Erli menghindar, ia menepis Irna, berbalik dan menutup tubuhnya dengan selimut. Ia mengacuhkan Irna
“Bundaa” Irna masih berusaha mencari perhatian, tapi Erli berubah menjadi sosok yang lain
“Aku mau tidur, Irna keluar ya, dan tutup pintunya”

Lima menit berlalu dengan Irna masih bertahan, dan Erli pun masih membalikkan badan. Lima menit kemudian Irna turun dari ranjang. Menutup pintu.

“Kakak Irna mau sarapan apa?” Lastri bertanya kepada Irna yang berjalan menunduk. Irna tidak menjawab, ia hanya duduk di kursi makan dengan tangan bersedekap, wajah cemberutnya menarik perhatian Ara
“Kenapa sayang?”
Mendung mulai menggelayuti wajah Irna, dan ‘hujan’ itupun turun. Irna menangis mengadukan sikap Bunda tercinta. Untuk anak seperti Irna sikap Bunda adalah hal yang jarang terjadi, bahkan tidak pernah. Itu membuatnya terluka. 

Setelah Ara membujuknya agar mau berhenti menangis, sarapan dan pergi ke sekolah bersama Lastri, Irna pun menurut, dengan tambahan Ara harus membawakannya banyak donat sepulangnya bekerja nanti.

“Sayang, kita ke Dokter yuk” Erli masih meringkuk di dalam selimutnya, Ara tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi
“I have no idea what happen to you my love. Could you give me some clue?”
Erli berbalik, matanya berkantung
“I dreamt about Bunda, her scream, her bloods”
“Sayang..”
“Aku merasa sangat bersalah, aku merenggut hidup Bunda.. orang yang sangat berarti dalam hidupku, dan aku menusukkan belati ke jantung Ayahku sendiri”
Ara tidak bisa terus-terusan membiarkan ini terjadi, Erli butuh ditangani
“Aku ngga gila sayang, I am normal”
“Iya aku tahu, aku tidak mengatakan kamu gila sayang. And I won’t say that, aku.. cuma akan mengajakmu ke psikiater, you need someone to share”
“Kamu tidak mau mendengar curhatku?”
“I’d love to, tapi kamu butuh orang yang lebih kompeten, yang bisa memberikanmu masukan secara professional”

Tapi Erli menolak, ia bangkit dari tempat tidur, merapikannya dan masuk ke kamar mandi. Tidak lama kemudian ia keluar, turun ke bawah dan sarapan di meja makan
“Kamu koq belum berangkat kerja” ia berkata kepada Ara yang mengawasinya
“Ini mau berangkat, kamu ngga kerja?”
“Mau, setelah ini aku akan pesan taxi” setelah kejadian itu Erli belum berani mengendarai mobil, bahkan sebenarnya ia takut naik mobil. Tapi ia toh tidak mungkin naik sepeda ke kantornya.

Di kantor pun ia banyak merenung, tidak ada lagi keceriaan yang terpancar dari wajahnya. Binarnya seakan hilang dihisap waktu. Ia mengecek BBM nya walau ia tahu tidak akan ada lagi message dari Bunda yang mengingatkan untuk makan siang, tidak ada lagi Bunda yang ia telepon di siang hari untuk menanyakan masak apa hari ini? Atau bagaimana kelakuan Irna? Feel so numb tulisnya di Time Line, semenit kemudian notifikasi twitternya berbunyi Don’t forget to lunch Beb, Love U RT @Erliiiy Feel so numb, Erli tidak menjawab mention Ara.

Erli terbangun karena hujan deras, suara hujan yang dulu disukainya kini tidak lagi ia harapkan, ia tidak ingin hujan terlebih di malam hari. Ia merapatkan tubuhnya ke Ara, menarik lengan Ara agar memeluknya, tindakannya membangunkan Ara
"Hmm.. kenapa sayangku?" 
Erli menggeleng, selama tiga puluh tahun hidupnya baru kali ini ia tidak suka hujan. Ia mencoba menutup mata kembali..

"Aaaahhhh... Erlii.. Astaghfirullahal adzim" dan darah kembali menggenang

Ia tersentak, ingatan itu terus kembali menghantuinya. Ya Allah ampuni segala dosa Bundaku, berikanlah ia tempat yang baik di alam kuburnya, jangan siksa ia Ya Allah. Ara merasakan hangat dilengannya, ia terbangun kembali, menatap langit kamar, mencari adakah kebocoran disana, tapi ternyata air itu bukan berasal dari sana

"Sayang, kamu menangis?"
Erli tersedu
"Mimpi lagi?"
"Itu bukan mimpi, itu kenyataan"
"Kenyataan yang terus membayangimu, dan kita harus.."
"Ngga" Erli terduduk, ia menggeleng, mendekap bantal dan terus menggeleng
"Baiklah, mari sini" Ara memeluknya, dalam kantuknya ia mengelus punggung Erli, jam satu malam.

"Tok.. tok.. Permisi Pak, Bapak memanggil saya?"
"Iya Erli, silahkan duduk.. Eee begini, saya mendapat laporan dari Kepala Divisi mengenai.. kinerjamu yang menurun akhir-akhir ini.." Pak Dibyo berkata langsung ke pokok permasalahan
"Saya ingin tahu apakah kamu sedang ada masalah?" Lanjutnya lagi
"Sebenarnya ini lebih ke masalah pribadi Pak, mungkin Bapak masih ingat tentang kecelakaan yang saya alami beberapa bulan lalu" Erli pun tidak menutup-nutupi duduk persoalannya
"Ah ya, saya masih ingat dengan jelas"
"Saya mohon maaf kalau hal itu mempengaruhi kinerja saya. Saya berusaha untuk melupakannya, tapi.. masih sangat berat Pak. Wajah Ibu saya terus bermain di pelupuk mata"
"Hmm saya mengerti, dan saya turut berduka cita"
"Terima kasih Pak"
"Kalau kamu mau kamu bisa ambil cuti untuk menenangkan dirimu"
"Sungguh Pak?"
"Ya kenapa tidak?"

Tawaran cuti diterima dengan baik oleh Ara, ia sangat berharap Erli mau 'mengobati' traumanya
"Sudah berapa kali aku bilang aku ngga gila!!"
"Aku juga ngga pernah bilang begitu kan sayang"
"Iya, kamu memang tidak mengatakannya, tapi dengan kamu menyuruh aku ke psikiater itu sama saja kamu mengatakan aku sakit jiwa"
"Beeb, plis.. psikiater itu bukan untuk orang gila"
"Aku tidak mau!!"
"Tolong Beb, for your own good. Aku tidak mau kamu terus menangisi Bunda dan Rian, mereka sudah pergi. Kita doakan mereka tapi jangan ratapi"
Mereka tidak sadar kalau pembicaraan mereka terdengar sampai keluar kamar. Irna menopang dagu, mendengarkan dan berusaha mencerna kalimat-kalimat itu

Keesokan harinya
"Bunda"
"Iya"
"Memang dede Rian udah ngga ada? Meninggal juga bareng sama Umi?"
Pertanyaan itu menyentak Erli, seketika itu juga ia menatap Irna
"Tahu darimana kamu?"
"Kemaren waktu Papah bertengkar sama Bunda, Irna dengar"
"Irna, kamu tuh ngga boleh ya menguping pembicaraan orang tua. Mulai ngga sopan ya kamu, siapa yang mengajari?" Erli mencengkram lengan Irna lalu tanpa menunggu jawaban dari Irna ia meninggalkannya.

Mental Erli semakin hari semakin memburuk. Ia sering marah-marah, menangis dalam kesendirian. Bayangan-bayangan atas 'dosanya' terus menghantui. Ia mulai berhalusinasi, ia merasa mendengar suara bayi kecil menangis.

"Kalau ia bilang ia mendengar suara Bunda menangis aku masih maklum Din, anggap saja itu tangisan Bunda waktu di mobil , tapi.. kalau bayi menangis? Hff Rian kan belum dilahirkan"
Dinda terdiam sebentar, lalu dengan memberanikan diri ia bertanya "Delusion?"
Ara mengangkat bahu tanda tak tahu, ia bercerita kepada Dinda karena ia pikir Dinda lah yang paling mengenal Erli saat ini
"Tolong kamu bujuk Mbakmu agar ia mau diobati, apa sajalah, mau ke psikiater kek, ikut pengajian kek, ngobrol sama Ustad kek, what ever" 

Blackberry Dinda yang ia letakkan di meja berbunyi, ia mengambilnya sebelum Ara melihat siapa yang menelepon
"Halo.."
"Kamu dimana?" tanya Yosi


-45950/50000-

2 comments:

  1. mimpi kan bunga tidur. . . .. bunga bisa jadi bunga bangkai atau malah bunga mawar yang harum. . . . nah tinggal kita mensikapinya. . . . kadang mimpi juga datang dari pikiran2 sebelum tidur lo. . .

    ReplyDelete

Friends *ThankU ;)

About Me

My photo
i collecting words around me on my post
Penguin Jogging